Kamis, 27 Januari 2011

Semerbak Harum di Taman Bunga (1/4)

Katakanlah dengan bunga. Demikian kata pepatah, yang di masa lalu pernah dipermasalahkan sebagian orang di beberapa kota besar Indonesia. Kala itu ada anjuran agar ucapan selamat tidak lagi disampaikan dengan mengirim karangan bunga, melainkan dengan cara lain, biasanya sumbangan berupa uang. Cara ini dianggap lebih bermanfaat karena bukankah bunga kiriman pada akhirnya dibuang dan menjadi sampah? Tetapi, tentu saja mereka yang mencari nafkah dengan mengandalkan bunga menjadi uring-uringan. Rezeki mereka terpangkas oleh kebijakan yang dilatarbelakangi oleh niat mengurangi sampah itu. Padahal, kalau dipikir-pikir, sampah bunga yang bersifat organik ini sangat mudah hancur, dan dipastikan tidak mencemari lingkungan. Marilah pembaca, kita berjalan-jalan di taman bunga khayal dan membalik-balik kisah di balik beberapa nama bunga dan tanaman.

Lebih dari 40 tahun yang silam, ketika pertama kali melangkahkan kaki masuk ke kampus Ganesha sebagai mahasiswa baru, saya disambut dengan bunga Air Mata Pengantin. Nama yang puitis bukan? Sampai sekarang, bunga berwarna merah muda itu, yang bentuknya bak tetesan air mata, masih tetap setia menyambut warga dan para tamu ITB di pintu gerbangnya yang khas.


Nama bunga memang banyak yang aneh-aneh. Ada Lidah Api Irian atau Irian Flame – tanaman merambat yang banyak digunakan sebagai penghias pergola. Warnanya memang jingga menyala, bergantungan berkelompok-kelompok. Ada lagi nama tanaman unik yang pasti Anda kenal – apa lagi kalau bukan Si Putri Malu. Namanya sungguh tepat mencerminkan tingkah daun tanaman itu, yang menutup diri begitu terkena sentuhan. Sungguh bak seorang putri yang pemalu. Bagaimana dengan Kumis Kucing? Tanaman ini diyakini dapat mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit kencing manis atau diabetes. Bunganya memang memiliki bagian panjang yang halus, persis seperti kumis kucing. Saya yakin, masih banyak tanaman lain yang namanya menarik, khususnya nama khas daerah tertentu, sebutlah misalnya Eceng Gondok, Ki Acret, Jawer Kotok, Bunga Sepatu, Mulut Harimau … (berlanjut)

Penulis: Sofia Mansoor. Sumber: Funk, Word Origins
Sumber: http://blog.bahtera.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar