Minggu, 23 Januari 2011

Rumah Bunga Kering

MENGHIASI hunian dengan koleksi bunga kering kesenangan keluarga, membuat rumah Doddi Iriana Memed tampak berbeda. Bagaimana tidak, bangunan seluas 120 meter persegi itu terlihat nyentrik dengan dekorasi bunga kering (bunga artifisial) mulai gerbang luar hingga kanopi rumah.

Dia menyulap rumah dengan luas tanah 160 meter persegi menjadi "istana bunga kering" sejak dua tahun lalu. Di bagian teras rumah, Doddi memenuhinya dengan rak berisi puluhan jenis pot bunga kering. Beragam pot mulai pot yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bakul hingga botol whisky bekas menghias teras.

Ada pula bunga kering yang dirangkai dalam bentuk pigura. Hiasan bunga kering yang dilengkapi rumbai-rumbai berbahan baku bambu dan biji jagung kering itu menambah semarak bagian luar rumah. "Semuanya serba-barang bekas dan tidak ada sentuhan arsitek," tutur Doddi bangga.

Pada bagian tembok garasi dicat warna biru. Tidak ada pintu atau rooling door sebagai penutup garasi. Doddi malah menyingkirkan penutup garasi agar setiap orang dapat langsung memandang pot dan rangkaian bunga kering di garasi.

"Kalau mobil mau masuk, ya tinggal geser pot-pot besarnya saja," tutur Doddi yang menjabat Ketua Bidang Komputer Informasi dan Telematika Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Provinsi Jawa Barat ini.

Di samping garasi terdapat pintu masuk menuju ruang tamu. Di bagian ini, pengusaha bunga kering ini sengaja menjadikan ruangan berukuran 4x5 meter itu sebagai showroom produknya.

Di tiga bagian sisi dinding terdapat rak tingkat yang terbuat dari bambu. Pada setiap bagiannya terdapat rangkaian bunga kering dari berbagai bahan alami seperti sabut kelapa, kayu alam, mangga laut,buah rotan atau pinus.

Pada satu sisi terdapat satu set sofa yang hanya dapat menampung dua orang. Di bagian pinggir kursi terdapat dekorasi bunga kering lainnya. Untuk menyemarakkan ruangan yang cenderung bernuansa gelap, Doddi menempatkan berbagai jenis lampion warna-warni. Tepat di pojok ruangan juga ada satu akuarium kecil yang penuh dengan ikan mas koki berwarna oranye dan merah untuk menghidupkan suasana.

"Ruangan ini memang hanya untuk menerima tamu khusus yang jumlahnya sedikit. Kalau banyak,saya bawa ke ruang keluarga di bagian belakang," sebut pria yang telah memiliki seorang cucu ini.

Memasuki bagian dalam rumah, pengunjung dapat melihat nuansa yang berbeda. Doddi sengaja menjadikan kerikil alam sebagai pengganti marmer.Termasuk di bagian kamar mandi yang sengaja dijadikan sebagai kolam untuk memelihara ikan. "Jaga-jaga saja biar tidak ada jentik nyamuk," tutur suami Zainimar ini.

Ruang keluarga Doddi tidak jauh berbeda dengan rumah keluarga pada umumnya. Ruangan yang sebelumnya dijadikan sebagai dapur ini menggunakan marmer berwarna putih.

Di dalamnya terdapat satu set kursi, lemari kaca untuk meletakkan pajangan antik bernuansa Sunda dan Lampung, sebuah televisi, serta barang keluarga lainnya.

Letak ruang makan berada di bagian yang lebih rendah dari ruangan lainnya. Zainimar, sang istri, dengan bangga menyebut ruangan "kekuasaannya" ini sebagai Kawasan Dapur Kuliner. Suaminya sengaja membuat cerobong asap sebagai saluran ventilasi udara dan asap kompor.

Alih-alih menggunakan satu set kursi dan meja makan, perempuan asal Lampung ini memilih bale-bale sebagai tempat bagi keluarganya untuk bersantap ria. Bale-bale berukuran 2,5 x 3 meter itu terbuat dari kayu yang beralaskan karpet berwarna merah dan dilengkapi beberapa bantal untuk bersantai.

Ibu empat anak tersebut bercerita ada satu kendala mempunyai rumah unik seperti ini.Kendala itu karena butuh perhatian ekstra agar rumah dan dekorasinya tetap bersih dari debu sehingga tetap terlihat cantik. "Kami menyewa orang khusus untuk membersihkan rumah setiap dua minggu sekali," kata perempuan berkerudung itu.

Selain itu, ada satu bagian unik di bagian atas rumah, yakni alat pijat refleksi kaki. Bentuknya berupa jajaran batu alam yang dijejerkan sepanjang 2,5 meter. Mantan pengacara ini percaya bahwa berbagai jenis penyakit dapat berangsur-angsur hilang hanya dengan berjalan di atas batu selama beberapa menit.

Bagian balkon rumah sengaja dijadikan tempat menyimpan bahan baku rangkaian bunga kering. Jadi jangan terkejut saat menemukan potongan kayu besar dan peralatan pembuatan bunga kering lainnya. Untungnya, ada dekorasi bunga kering di sepanjang pinggiran balkon hingga kanopi dan satu patung kakek tua di bagian atas. Setiap orang pasti langsung mengalihkan pandangan dari tumpukan kayu tersebut.

"Namanya juga Sapake, singkatan dari Sarana Pengusaha Kecil. Tempat berkumpulnya perajin bunga kering. Jadi di mana-mana ada bahan-bahan alami yang sudah dikeringkan," ucap Zainimar. (sindo//tty)

Sumber: lifestyle.okezone.com 
Foto: Eko Purwanto/Sindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar